Review Emados Shawarma : Ada Muslim Palestina Dibalik Kelezatan Hidangan ala Timur Tengah Di sini!



Nama restoran : Emados Shawarma 

Lokasi : Jl. Embong Malang No. 67A, Surabaya

Harga : Rp.64.900 (satu porsi lamb mandhi) dan Rp.27.500 (satu porsi chicken kabsah)

Nilai : 4 / 5

Recommended : Yes

Come again : Yes


Emados Shawarma adalah restoran milik warga Palestina bernama Emad Al Amad yang sudah menetap di Indonesia karena memiliki istri seorang WNI. Restoran ini mempunyai banyak cabang terutama di kota-kota besar di Indonesia misalnya Jakarta, Depok, Tangerang, Bandung, Semarang, Solo, dan yang lainnya termasuk di Surabaya. 

Aku pun menyempatkan diri untuk berkunjung saat ada promo untuk menu lamb-nya. Saat itu aku memesan lamb dengan nasi mandhi karena nasi kabsah yang sedianya hendak kupesan ternyata belum available. 

Sambil menunggu, aku memperhatikan bahwa restorannya bersih dan nyaman, juga bisa menampung cukup banyak orang. Ada pula wastafel lengkap dengan tisu untuk mencuci tangan dan toilet untuk pengunjung.

Setelah beberapa lama dipanaskan, ini dia tampilan makanannya:

Terdiri dari nasi mandhi, sambal tomat pedas, acar, dan lamb yang dimasak dengan bumbu ala Arab.

Setelah disantap, bagaimana review lamb mandhi di Emados Shawarma?

Menurutku nasi mandhinya enak tapi bukan rasa yang baru meski ini adalah pertama kalinya aku menyantap hidangan ini. Aku pernah diundang hajatan dan diberi makan berupa nasi kebuli dan rasanya ternyata cukup mirip dengan yang ini. Tapi biasanya acar ala orang Arab yang dari kondangan di kotaku itu ada nanasnya jadi terasa manis. Di sini, acarnya sama seperti acar orang Indonesia pada umumnya. Hanya saja alih-alih timun dan cabe seperti acar kita, acar di sini juga termasuk irisan wortel, bawang bombay dan juga kubis. Sedikit mirip dengan acar ala restoran Jepang hanya saja kalau versi mereka disiram oleh mayones dan biasanya tidak ada bawang bombaynya.

Untuk sambal tomatnya, rasanya lumayan pedas dan sedikit asam tapi bukan tipikal sambal Indonesia karena rasa tomatnya lebih dominan. Selain tidak ada terasinya, mungkin juga tidak ada bawang-bawangan yang adalah kekhasan orang Indonesia dalam membuat sambal. Kurang micin juga jadi buat orang Indonesia mungkin sedikit kurang nendang.

Untuk lamb-nya yang semestinya adalah bintang dari menu kali ini, rasanya hampir sama seperti daging iga sapi bumbu semur. Dagingnya lembut tapi sayang porsinya terlalu sedikit untuk nasi sebanyak ini, yang diklaim cukup untuk dua orang.

Overall menurutku pengalaman makan kali ini cukup memuaskan, karena itu aku memutuskan untuk berkunjung lagi untuk kedua kalinya.

Untuk hidangan kedua, aku memutuskan untuk mencoba chicken kabsah yang saat itu sedang promo. Setelah menunggu sebentar, akhirnya menu yang dipesan datang juga.

Berikut ini tampilannya, yang jujurly sangat instragrammable sih menurutku:

Terdiri dari nasi kabsah, sambal tomat pedas, acar, dan ayam panggang yang dimasak dengan bumbu ala Arab.

Setelah dinikmati, bagaimana review chicken kabsah di Emados Shawarma?

Rasa ayamnya mantap, lebih light dan tidak ada rasa kecap atau bumbu balado yang kuat seperti ayam panggang kita. Porsi lauknya juga kali ini cukup besar, secara mereka menawarkan seperempat ayam, jadi meski nasinya sudah habis, ayamnya masih berlebih. Untuk acar dan sambalnya sama dengan di atas tapi nasi kabsahnya, yang juga pertama kali aku santap, rasanya seperti tidak asing. Apa lidahku yang sedang bermasalah, tapi kok mirip ya dengan nasi mandhi yang waktu itu? 😬 Atau mungkin bumbunya aja yang agak sama secara berasal dari satu negara (seperti ketoprak Jakarta dan tahu telor Surabaya gitu). Mungkin kapan-kapan perlu dibeli bersamaan dan dimakan barengan kali ya biar lebih jelas dimana perbedaannya 😅

Tapi secara keseluruhan, pengalaman makan yang kedua ini tidak mengecewakan samsek. Sama dengan pengalaman yang pertama, meski tadinya berharap ada taste yang baru, surprisingly ternyata aku sudah familiar dengan bumbu-bumbunya.

Jadi apa kesimpulan dari kulineran di Emados Shawarma? 

Dari dua kunjungan di atas, aku sangat merekomendasikan untuk berkunjung ke sini buat yang tertarik untuk menyantap menu ala Timur Tengah. Hanya saja mungkin toiletnya perlu sedikit lebih dibersihkan lagi. Harganya juga lumayan pricey kalau tanpa promo jadi usahakan datang saat sedang berkantong lebih tebal, misalnya baru gajian 😁

Apa akan berkunjung lagi ke Emados Shawarma ?

Tentu saja akan datang terus karena rasa masakannya yang enak juga mendukung bisnis sesama muslim yang berasal dari Palestina. Harganya pun cukup setara dengan fast food luar negeri yang sedang ramai diboikot itu saat tulisan ini di-publish, jadi bisa dijadikan sebagai alternatif tempat makan kekinian yang oke buat nongkrong baik bersama teman atau keluarga. Tampilan hidangannya juga cantik jadi nggak malu-maluin buat dipajang ala-ala food vlogger terkenal 😁 Banyak promo juga secara periodik jadi pastikan cek sosmed mereka sebelum datang ke sini, siapa tahu lagi ada potongan gede untuk makanan tertentu. Pokoknya jangan ragu lagi deh buat yang mau mampir ke sini, yang jelas enak, halal, affordable dan produk muslim Palestina asli! 👍


Baca Juga:

Review Mavo Khan Restaurant  :  Tawarkan Sajian Otentik Pakistan di Ampel Surabaya, Ternyata Begini Rasanya!

Review Ladeed Deli : Kafe Unik di Jalan Tunjungan Surabaya, Padukan Kuliner Turki, Arab dan Meksiko!

Review Nasi Kebuli Doner Kebab : Perpaduan Cita Rasa Turki dan Arab, Bisa Pas Gitu?

Posting Komentar

0 Komentar